NELAYAN GAGAL KEL. SULAA KEC. BETOAMBARI KOTA BAUBAU
LA BAA
Kelurahan Sulaa atau lebih akrabnya disebut Topa yang terletak di barat pessir Kota Baubau, sebenarnya banyak menjanjikan penghasilan khususnya dibidang perikanan, seperti ikan dan rumput laut daerah ini dulunya dikenal indah dan belum tersentuh oleh pembangunan yang kini mengganggu populasi atau pertumbuhan ikan di daerah tersebut. Daerah yang berhadapan dengan Pulau Kadatua ini, menjanjikan ikan yang melimpah ruah bagi nelayan baik nelayan berskala besar yang menggunakan kapal besar maupun nelayan tradisional yang menggunakan sampan atau lebih akrab disebut koli-koli, tapi janji yang diberikan oleh alam pada nelayan di Sulaa, hanya tinggal janji. Daerah ini telah dibagun beberapa dermaga yang menggangu biota laut atau keseimbangan biota laut di daerah Sulaa yg itu harusnya menjadi sumber makanan ikan. La Baa berumur kurang lebih 55 tahun seorang warga Kelurahan Sulaa Kecamatan Betoambari Kota Baubau yang telah kurang lebih 20 tahun menjalankan rutinitas sehari-hari sebagai nelayan tangkap tradisional di kawasan pantai nirwana yang jaraknya tidak jauh dari rumahnya. Beliau kini mengeluh penghasilannya tidak seperti dulu lagi, ikan sepertinya sudah berada jauh dari bibir pantai, bahkan keluar jauh sampai ke Pulau Kadatua dan Siompu.
La Baa menggantungkan hidupnya di laut guna menghidupi sorang istri, 3 anak, dan 5 cucunya. Setiap harinya ia rutin turun kelaut dari pukul 6 sore hingga pukul 5 pagi hanya sayang pendapatan beliau tidak menentu ditambah lagi tidak teraturnya musim yang terjadi selama 3 tahun belakangan ini. Nelayan tangkap sampai dengan petani rumput laut mengeluhkan pendapatan mereka, yang menurun drastis hingga 80 %.
La Baa turun ke laut dengan peralatan yang sangat sederhana bahkan perahu yang ia gunakan untuk melautpun ia harus meminjam ke nelayan lain kerena perahunya telah rusak dan ia tidak memiliki dana yang cukup untuk memperbaiki atau memiliki perahu pribadi. Saat ini tempat melautnyapun sudah semakin jauh dari biasanya yaitu di Kecamatan Kadatua dan Kecamatan Siompu yang berjarak sekitar 10 mil dari tempatnya biasa melaut. Kadang ia memilih menjadi petani rumput laut saat tibanya musim kemarau namun, bukan sesuatu yang menjanjikan karena dengan perubahan iklim rumput laut bahkan tidak dapat tumbuh. Sekitar kurang lebih 3 tahun belakangan ini, penghasilan La baa sangat tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarganya. Ia hanya mampu menyekolahkan ke 3 anaknya hingga lulus Sekolah dasar dan La Baa pun demikian hanya mengenyam pendidikan sampai sekolah dasar saja.
Siamu, adalah istri dari La Baa yang membantu mencukupi kebutuhan keluarga dengan membuat sarung tenun dan menjualnya dengan harga Rp. 180/lembar. Untuk mengerjakan kain tenunannya membutuhkan waktu selama 7 hari jika, tidak ada hal lain yang ia kerjakan.
Kehidupan keluarga La Baa semakin terpuruk dengan kondisi cuaca yang tidak menentu dan ini harusnya menjadi perhatian kita atau semua pihak untuk dapat membantu setidaknya bisa menyekolahkan anak-anaknya kejengjang yang lebih tinggi.
LA BAA
La Baa menggantungkan hidupnya di laut guna menghidupi sorang istri, 3 anak, dan 5 cucunya. Setiap harinya ia rutin turun kelaut dari pukul 6 sore hingga pukul 5 pagi hanya sayang pendapatan beliau tidak menentu ditambah lagi tidak teraturnya musim yang terjadi selama 3 tahun belakangan ini. Nelayan tangkap sampai dengan petani rumput laut mengeluhkan pendapatan mereka, yang menurun drastis hingga 80 %.
La Baa turun ke laut dengan peralatan yang sangat sederhana bahkan perahu yang ia gunakan untuk melautpun ia harus meminjam ke nelayan lain kerena perahunya telah rusak dan ia tidak memiliki dana yang cukup untuk memperbaiki atau memiliki perahu pribadi. Saat ini tempat melautnyapun sudah semakin jauh dari biasanya yaitu di Kecamatan Kadatua dan Kecamatan Siompu yang berjarak sekitar 10 mil dari tempatnya biasa melaut. Kadang ia memilih menjadi petani rumput laut saat tibanya musim kemarau namun, bukan sesuatu yang menjanjikan karena dengan perubahan iklim rumput laut bahkan tidak dapat tumbuh. Sekitar kurang lebih 3 tahun belakangan ini, penghasilan La baa sangat tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarganya. Ia hanya mampu menyekolahkan ke 3 anaknya hingga lulus Sekolah dasar dan La Baa pun demikian hanya mengenyam pendidikan sampai sekolah dasar saja.
Siamu, adalah istri dari La Baa yang membantu mencukupi kebutuhan keluarga dengan membuat sarung tenun dan menjualnya dengan harga Rp. 180/lembar. Untuk mengerjakan kain tenunannya membutuhkan waktu selama 7 hari jika, tidak ada hal lain yang ia kerjakan.